Karakteristik Parameter Pencemar Kriteria
1. Sulfur dioksida
Pencemaran
oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3),
dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara, sedangkan
sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran
bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur
oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam
jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1
sampai 10% dari total SOx.
2. Karbon
monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun
yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah
yaitu haemoglobin. Ikatan ini 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan ikatan
antara oksigen dan haemoglobin.
3. Nitrogen Dioksida
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang
terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi
kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara.
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen
monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2.
Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO2.
4. Oksidan
Oksidan merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki
sifat sebagai pengoksidasi, salah satunya adalah ozon. Ozon merupakan salah
satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen
fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi
Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet
(UV-B).
5. Hidrokarbon
Struktur
Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC
dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan
pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi
jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon
dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu
kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.
HC yang
berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila
berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan
akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu.
Berdasarkan
struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu
hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul
hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon
tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.
6. Khlorin
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau
mengkonversi zat inert atau zat kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa
khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL). Gas Khlorin
( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas
khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang
toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada
perang dunia ke-1.Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang
digunakan untuk khlorinasi pada proses produksi yang menghasilkan produk
organik sintetik, seperti plastik (khususnya polivinil khlorida), insektisida
(DDT, Lindan, dan aldrin) dan herbisida (2,4 dikhloropenoksi asetat) selain itu
juga digunakan sebagai pemutih (bleaching agent) dalam pemrosesan sellulosa,
industri kertas, pabrik pencucian (tekstill) dan desinfektan untuk air minum
dan kolam renang.
Terbentuknya
gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan
(bleaching) dan produksi zat/ senyawa organik yang mengandung khlor. Karena
banyaknya penggunaan senyawa khlor di lapangan atau dalam industri dalam dosis
berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin akibat penggunaan yang
kurang efektif. Hal ini dapat menyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin
dalam kadar tinggi di udara ambien.
7. Partikel Debu
Partikulat
debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat
rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara dengan
diameter maksimal 100 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara
dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang- layang di udara dan masuk
kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus
pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu
SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber
emisinya.
8. Timah Hitam
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna
kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik
didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil
dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan
sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan
secara ekonomi. Pb-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik
didih masing-masing 110°C dan 200°C.
Dampak terhadap Kesehatan
1. Sulfur Dioksida
Pencemaran SOx menimbulkan
dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar
sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang
sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap
orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif
terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.
Kadar SO2 yang
berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentrasi (ppm)
|
Pengaruh
|
3-5
|
Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
|
8-12
|
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
tenggorokan
|
20
|
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
|
20
|
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
|
20
|
Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu
lama
|
50 – 100
|
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak singkat (30
menit)
|
400 – 500
|
Berbahaya meskipun kontak secara singkat
|
Sumber: [1]
2. Karbon Monoksida
Karakteristik biologis yang paling penting dari CO adalah
kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang
mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat
menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya
membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius,
bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot
dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO
yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang
telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang
parah.
3. Nitrogen Dioksida
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Di udara ambien yang normal,
NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang
dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan
sistem syarat dan kekejangan.
NO2 bersifat
racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar
binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan
kesulitan dalam bernafas.
4. Oksidan
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal
dapat mengganggu proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga
dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia
yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak
ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung
dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada
orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan
koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm
selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari. Pada kadar di udara
ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN)
mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan.
Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat menyebabkan iritasi mata.
5. Hidrokarbon
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan
membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang
banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk
dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel
kanker. Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat terlihat
pada tabel dibawah ini.
Jenis
Hidrokarbon
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Dampak
Kesehatan
|
Benzene
(C6H6)
|
100
|
Iritasi
membrane mukosa
|
|
3.000
|
Lemas
setelah ½ - 1 jam
|
|
7.500
|
Pengaruh
sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
|
|
20.000
|
Kematian
setelah pemaparan 5 – 10 menit
|
Toluena
(C7H8)
|
200
|
Pusing
lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam
|
|
600
|
Kehilangan
koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
|
Sumber: [1]
6. Khlorin
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi
pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan
paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida
yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan.
diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen.
Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang
terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam khlorida dan oksigen. Selain itu gas
khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas
khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar
sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat menyebabkan penyakit
paru-paru (pulmonari oedema) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang
paru-paru.
7. Partikel Debu
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi
perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian
ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti
timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui
rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di
udara sangat tergantung kepada ukurannya.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa
angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus
pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam
partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada
umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01%
sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara
8. Timah Hitam
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan
sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat
pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam
jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala
keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit
kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.
Dampak terhadap Lingkungan
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
alam, antara lain: hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
1. Hujan Asam
Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith
ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah
hujan yang memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan
bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran batubara (pabrik dan pembangkit
energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan langsung
mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan
embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi
tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun,
bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke permukaan
bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan
deposisi asam.
Sumber: [2]
2. Penipisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan
yang tidak stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di
lapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi dari
lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang
dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan. Namun, zat kimia
buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone Depleting Substances)
atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata mampu merusak lapisan ozon
sehingga akhirnya lapisan ozon menipis. Hal ini dapat terjadi karena zat kimia
buatan tersebut dapat membebaskan atom klorida (Cl) yang akan mempercepat
lepasnya ikatan O3 menjadi O2.
Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai lubang ozon (ozone hole).
Diperkirakan telah timbul adanya lubang ozon di Benua Artik dan Antartika. Oleh
karena itulah, PBB menetapkan tanggal 16 September sebagai hari ozon dunia
dengan tujuan agar lapisan ozon terjaga dan tidak mengalami kerusakan yang
parah.
3. Pemanasan Global
Kadar CO2 yang
tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas dari bumi ke
atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut
dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca ini
mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan global).
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan
menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.
Dampak terhadap Hewan dan Tumbuhan
1. Sulfur Dioksida
The
National Academy Of Sciences (1978) juga dapat menyimpulkan pengaruh pH
terhadap ikan. Di Norwegia presipitasi asam juga mempunyai pengaruh terhadap
perikanan komersial. Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan penangkapan
ikan salmon di sungai-sungai selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh
penurunan pH yang tetap.
Dengan
penurunanya pH terjadi serangkaian perubahan kimiawi yang menyebabkan penurunan
laju daur zat makanan dalam sistem perairan. Dengan demikian, terdapat
penurunan jumlah bahan organik dalam suatu daerah dan suatu pergeseran keadaan
oligotropik didanau. Perubahan ekologis mengikuti pengaruh umum zat toksik
terhadap ekosistem.
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman, dengan kadar
berbahaya berada pada kisaran 0,5 ppm atau lebih. Adanya gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah
diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan
terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman ini akan diperparah dengan kenaikan
kelembaban udara. SO2 di udara akan berubah menjadi asam
sulfat. Oleh karena itu, di daerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup
tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.
2. Karbon Monoksida
Kadar CO di perkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin, cuaca, dan topografi
jalan/bangunan. Pada umumnya, kadar maksimum CO ditemukan pada jam-jam sibuk
seperti pagi dan malam hari.
Pemajanan CO dari udara ambien yang dapat direfleksikan dalam
bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam darah terbentuk dengan sangat
pelahan, karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara
kadar CO di udara dan HbCO dalam darah. Oleh karena itu kadar CO di lingkungan
cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan.
3. Nitrogen Dioksida
Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan
dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan
kekejangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500
ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi
udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO
pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat
dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2 bersifat
racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari
100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian
tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar
800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji
dalam waktu 29 menit atau kurang.
Selain mempengaruhi hewan, peningkatan jumlah nitrogen yang
terserap dalam tanah akibat adanya hujan asam juga dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan nutrisi di dalam tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya
pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg
merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral
tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru menghambat
pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian mulai mati,
karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan terjadinya
kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas
Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon
spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).
Sehingga menurunkan produktivitas tanaman dan menghilangkan keragaman hayati
karena hanya sepesies tertentu saja yang dapat bertahan. Nitrogen dioksida
menimbulkan kerusakan pada jaringan sel mesophyll. Kerusakan ditandai oleh
adanya bercak warna putih atau coklat pada permukaan daun. Kebutuhan nitrogen
dalam tanaman hanya diperlukan dalan jumlah yang tidak terlalu banyak.
4. Oksidan
Dampak
terhadap tumbuh-tumbuhandapat berupa penurunan hasil pertanian dan kerusakan
ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman hayati. Dampak yang dapat terjadi
terhadap tanaman dan ekosistem, seperti:
· Mempengaruhi produktifitas tanaman yang sensitive karena ozon
membuat beberapa tanaman rentan akan serangan penyakit, gangguan hama, dan
cuaca buruk
· Merusak daun pepohonan dan tanaman sehingga memperburuk penampilan
tanaman hias dan mengurangi nilai jual sayur-mayur
· Mengurangi hasil panen dan menghambat pertumbuhan hutan
5. Hidrokarbon
Hidrokarbon yang bersifat mutagenik akan sangat rentan pada hewan.
Beberapa percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi perubahan gen
pada hewan tersebut. Dengan kekalan massa yang berlaku, konsumsi hewan yang
tercemar oleh manusia akan memindahkan kandungan senyawa hidrokarbon ke
manusia.
Campuran PAN dengan gas CO dan O3 disebut kabut foto kimia (Photo
Chemistry Smog) yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya
mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat (Anonim,
2008).
6. Khlorin
Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm dapat
membunuh ikan dengan cepat. Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan
udara yaitu klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun
terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak
seperti hangus.
7. Partikel Debu
Lapisan
debu partikulat pada permukaan daun dapat menutupi stomata daun. Gas dan uap
air keluar-masuk struktur daun melalui stomata. Akibatnya transport gas , uap
air ke dalam struktur daun terganggu. Partikulat yang melapisi permukaan daun
juga menyebabkan kemampuan fotosintesis daun menurun. Sehingga akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan vegetasi. Tanda-tanda kerusakan daun akibat
pencemaran udara seperti necrosis , chlorosis dan bercak pada permukaan daun.
8. Timah Hitam
Umumnya
keracunan pada anak sapi memperlihatkan gejala: dungu, tidak nafsu makan,
dyspnoe, kolik dan diare yang kadang-kadang diikuti konstipasi. Menurut
Christian dan Tryphonas (1971) gejala klinis yang muncul pada anak sapi yang
keracunan Pb adalah depresi susunan syaraf pusat, kebutaan, menguak dan berlari
seperti bingung, menekankan kepala dan anorexia.
Gejala klinis keracunan Pb pada sapi dewasa antara lain akibat
gangguan pada syaraf: dungu, buta, jalan berputar (Buck, 1970; Christian dan
Tryphonas, 1971), terdapat gerakan kepala dan leher yang terus menerus, gerakan
telinga dan pengejapan katup mata (Henderson, 1979). Gejala yang timbul akibat
gangguan pada gastrointestinal adalah : statis rumen dan anorexia (Christian
dan Tryphonas, 1971).Dampak Pb bagi tanaman belum diketahui secara khusus.
Namun, Pb dapat mengendap di dalam tanaman.
Dampak terhadap Material
Deposisi asam merupakan suatu fenomena yang terjadi di alam akibat
reaksi gas-gas pencemar seperti SOx dan NOX di atmosfer. Dampak dari deposisi asam terhadap material dapat
dilihat dari kerusakan bangunan. Berikut daftar material yang rentan terhadap
deposisi asam, yaitu: kapur, marmer, karbon-baja, seng, nikel, cat dan beberapa
jenis plastik.
Nilai pH air hujan pada saat terjadi deposisi asam dapat lebih
kecil daripada pH air hujan normal (5,6), yakni mencapai nilai 2 atau 3. Gas SOx dapat berupa sulfur dioksida (SO2), sulfit (SO32-),
dan sulfat (SO42-) sedangkan NOx dapat berupa nitrat (NO3) dan nitrogen dioksida (N2O).
Gas-gas tersebut terdapat di atmosfer sebagai hasil emisi dari kegiatan
industri dan kendaraan bermotor. SOx terutama
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak. Selain mengeluarkan gas NOx,
kendaraan bermotor juga melepaskan emisi gas hidrokarbon, CO dan partikel
imbale. Diperkirakan, sekitar 50% dari keberadaan gas NOx dan 90% gas SOx akan
menghasilkan gas H2S, HSO3-, dan H2SO4 yang bersifat asam kuat, sedangkan oksidasi gas NOx akan menghasilkan asam nitrat (HNO3) sehingga
menurunkan pH air hujan (Effendi, 2003 dalam http://repository.usu.ac.id)
Pengaruh deposisi asam pada material dapat menyebabkan korosi.
Deposisi kering dan basah banyak berkontribusi dalam proses korosi suatu
material. Deposisi kering adalah proses mengendapnya asam di atmosfer tanpa
melalui air hujan dan biasanya terjadi di daerah perkotaan. Sedangkan deposisi
basah terjadi melaui air hujan dan biasanya terjadi di daerah yang jauh dari
sumber polutan.
Reaksi Kimia pada Peristiwa Korosi
Sumber: [3]
Kalsium karbonat pada jenis batuan tertentu larut dalam asam
sulfat encer dan membentuk kalsium sulfat:
CaCO3 + H2SO4 + H2O à CaSO4.2H2O + CO2
Reaksi diatas menimbulkan dua efek. Pertama, menyebabkan permukaan
batuan hancur; kedua, kalsium sulfat (kristal gipsum) terbentuk pada batuan.
Saat kristal gipsum tersebut terbentuk maka dapat berproses menjadi batuan
dalam jangka waktu 50 tahun. Fenomena ini dikenal sebagai ‘Memory Effect’.
Sulfur dioksida merupakan polutan utama penyebab korosi namun
pencemar lain seperti NOx, CO2, ozon, dan garam laut juga
berperan dalam terjadinya korosi. Penelitian menunjukkan bahwa keberadaan NO2 dan SO2 menyebabkan
laju korosi menjadi cepat. Hal ini terjadi akibat NO2 mengoksidasi SO2 menjadi
SO3 sehingga
meningkatkan daya absorpsi SO2.
Interaksi antara material dan polutan sangat kompleks dan banyak
variabel terlibat. Deposisi polutan ke permukaan bumi tergantung pada
konsentrasi polutan di atmosfer, kondisi iklim dan mikro iklim di permukaan
bumi. Saat polutan berada di permukaan, interaksi antar material dan polutan
tergantung pada besarnya paparan, reaktivitas material, dan kelembaban. Faktor
kelembaban sangat penting karena SO2 yang
terdeposisi akan teroksidasi menjadi asam sulfat akibat kelembaban di
permukaan. Berikut tabel yang berisi efek polusi udara terhadap beberapa jenis
material:
Jenis
Material
|
Polutan
|
Efek
|
Logam
|
Hujan
asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
|
Korosi,
perubahan warna, dll.
|
Batuan
|
Hujan
asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
|
Perubahan
warna, pelapukan, dll.
|
Kayu
|
Hujan
asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
|
Perubahan
warna, pelapukan, dll.
|
Cat
tembok
|
Hujan
asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
|
Pengelupasan,
perubahan warna, dll.
|
Cat
minyak
|
Ammonia
|
Kerusakan
pada minyak dan kekeruhan pada pernis
|
Kaca
|
Hujan
asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
|
Kekeruhan
|
Sumber: [4]
Daftar Pustaka