Kelompok 6

Yosefin Retno A. 15311003
Abdul Azis 15311023
Milna Kurniawati 15311027
Aghnia Qinthari 15311049
Nadia Risky Putri 15311065

Parameter Pencemar Udara Kriteria dan Dampaknya

Karakteristik Parameter Pencemar Kriteria
1. Sulfur dioksida
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.

Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.

2. Karbon monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin. Ikatan ini 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin.

3.  Nitrogen Dioksida
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.

4. Oksidan
Oksidan merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi, salah satunya adalah ozon. Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). 

5. Hidrokarbon
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.

HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu.

Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.

6. Khlorin
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat inert atau zat kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL). Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang digunakan untuk khlorinasi pada proses produksi yang menghasilkan produk organik sintetik, seperti plastik (khususnya polivinil khlorida), insektisida (DDT, Lindan, dan aldrin) dan herbisida (2,4 dikhloropenoksi asetat) selain itu juga digunakan sebagai pemutih (bleaching agent) dalam pemrosesan sellulosa, industri kertas, pabrik pencucian (tekstill) dan desinfektan untuk air minum dan kolam renang.

Terbentuknya gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan (bleaching) dan produksi zat/ senyawa organik yang mengandung khlor. Karena banyaknya penggunaan senyawa khlor di lapangan atau dalam industri dalam dosis berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin akibat penggunaan yang kurang efektif. Hal ini dapat menyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin dalam kadar tinggi di udara ambien.

7. Partikel Debu
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara dengan diameter maksimal 100 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang- layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.

8. Timah Hitam
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. Pb-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C.


Dampak terhadap Kesehatan
1.         Sulfur Dioksida
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.

Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentrasi (ppm)
Pengaruh
3-5
Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8-12
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20
Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
50 – 100
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak singkat (30 menit)
400 – 500
Berbahaya meskipun kontak secara singkat




Sumber: [1]

2.         Karbon Monoksida
Karakteristik biologis yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.

3.         Nitrogen Dioksida
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Di udara ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syarat dan kekejangan.

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

4.         Oksidan
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari. Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN) mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat menyebabkan iritasi mata.

5.         Hidrokarbon
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker. Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
Jenis Hidrokarbon
Konsentrasi (ppm)
Dampak Kesehatan
Benzene (C6H6)
100
Iritasi membrane mukosa
3.000
Lemas setelah ½ - 1 jam
7.500
Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
20.000
Kematian setelah pemaparan 5 – 10 menit
Toluena (C7H8)
200
Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam
600
Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
Sumber: [1]
6.         Khlorin
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif  dan menyebabkan iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen.

Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam khlorida dan oksigen. Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-paru (pulmonari oedema) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru.

7.         Partikel Debu
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya.

Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara

8.         Timah Hitam
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.


Dampak terhadap Lingkungan
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain: hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
1.         Hujan Asam
Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika  ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran batubara (pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.

Sumber: [2]

2.         Penipisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di lapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan. Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon menipis. Hal ini dapat terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat membebaskan atom klorida (Cl) yang akan mempercepat lepasnya ikatan O3 menjadi O2.  Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai lubang ozon (ozone hole). Diperkirakan telah timbul adanya lubang ozon di Benua Artik dan Antartika. Oleh karena itulah, PBB menetapkan tanggal 16 September sebagai hari ozon dunia dengan tujuan agar lapisan ozon terjaga dan tidak mengalami kerusakan yang parah.

3.         Pemanasan Global
Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.


Dampak terhadap Hewan dan Tumbuhan
1. Sulfur Dioksida
The National Academy Of Sciences (1978) juga dapat menyimpulkan pengaruh pH terhadap ikan. Di Norwegia presipitasi asam juga mempunyai pengaruh terhadap perikanan komersial. Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan penangkapan ikan salmon di sungai-sungai selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh penurunan pH yang tetap.

Dengan penurunanya pH terjadi serangkaian perubahan kimiawi yang menyebabkan penurunan laju daur zat makanan dalam sistem perairan. Dengan demikian, terdapat penurunan jumlah bahan organik dalam suatu daerah dan suatu pergeseran keadaan oligotropik didanau. Perubahan ekologis mengikuti pengaruh umum zat toksik terhadap ekosistem.

Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman, dengan kadar berbahaya berada pada kisaran 0,5 ppm atau lebih. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman ini akan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 di udara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, di daerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.

2. Karbon Monoksida
Kadar CO di perkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin, cuaca, dan topografi jalan/bangunan. Pada umumnya, kadar maksimum CO ditemukan pada jam-jam sibuk seperti pagi dan malam hari.

Pemajanan CO dari udara ambien yang dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam darah terbentuk dengan sangat pelahan, karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO di udara dan HbCO dalam darah. Oleh karena itu kadar CO di lingkungan cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan.

3.  Nitrogen Dioksida
Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang.

Selain mempengaruhi hewan, peningkatan jumlah nitrogen yang terserap dalam tanah akibat adanya hujan asam juga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi di dalam tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian mineral  seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004). Sehingga menurunkan produktivitas tanaman dan menghilangkan keragaman hayati karena hanya sepesies tertentu saja yang dapat bertahan. Nitrogen dioksida menimbulkan kerusakan pada jaringan sel mesophyll. Kerusakan ditandai oleh adanya bercak warna putih atau coklat pada permukaan daun. Kebutuhan nitrogen dalam tanaman hanya diperlukan dalan jumlah yang tidak terlalu banyak.

4. Oksidan
Dampak terhadap tumbuh-tumbuhandapat berupa penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman hayati. Dampak yang dapat terjadi terhadap tanaman dan ekosistem, seperti:
·       Mempengaruhi produktifitas tanaman yang sensitive karena ozon membuat beberapa tanaman rentan akan serangan penyakit, gangguan hama, dan cuaca buruk
·       Merusak daun pepohonan dan tanaman sehingga memperburuk penampilan tanaman hias dan mengurangi nilai jual sayur-mayur
·       Mengurangi hasil panen dan menghambat pertumbuhan hutan

5. Hidrokarbon
Hidrokarbon yang bersifat mutagenik akan sangat rentan pada hewan. Beberapa percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi perubahan gen pada hewan tersebut. Dengan kekalan massa yang berlaku, konsumsi hewan yang tercemar oleh manusia akan memindahkan kandungan senyawa hidrokarbon ke manusia.

Campuran PAN dengan gas CO dan O3 disebut kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat (Anonim, 2008).

6. Khlorin
Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm dapat membunuh ikan dengan cepat. Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara yaitu klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak seperti hangus.

7. Partikel Debu
Lapisan debu partikulat pada permukaan daun dapat menutupi stomata daun. Gas dan uap air keluar-masuk struktur daun melalui stomata. Akibatnya transport gas , uap air ke dalam struktur daun terganggu. Partikulat yang melapisi permukaan daun juga menyebabkan kemampuan fotosintesis daun menurun. Sehingga akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan vegetasi. Tanda-tanda kerusakan daun akibat pencemaran udara seperti necrosis , chlorosis dan bercak pada permukaan daun.

8. Timah Hitam
Umumnya keracunan pada anak sapi memperlihatkan gejala: dungu, tidak nafsu makan, dyspnoe, kolik dan diare yang kadang-kadang diikuti konstipasi. Menurut Christian dan Tryphonas (1971) gejala klinis yang muncul pada anak sapi yang keracunan Pb adalah depresi susunan syaraf pusat, kebutaan, menguak dan berlari seperti bingung, menekankan kepala dan anorexia.

Gejala klinis keracunan Pb pada sapi dewasa antara lain akibat gangguan pada syaraf: dungu, buta, jalan berputar (Buck, 1970; Christian dan Tryphonas, 1971), terdapat gerakan kepala dan leher yang terus menerus, gerakan telinga dan pengejapan katup mata (Henderson, 1979). Gejala yang timbul akibat gangguan pada gastrointestinal adalah : statis rumen dan anorexia (Christian dan Tryphonas, 1971).Dampak Pb bagi tanaman belum diketahui secara khusus. Namun, Pb dapat mengendap di dalam tanaman.


Dampak terhadap Material
Deposisi asam merupakan suatu fenomena yang terjadi di alam akibat reaksi gas-gas pencemar seperti SOx dan NOX di atmosfer. Dampak dari deposisi asam terhadap material dapat dilihat dari kerusakan bangunan. Berikut daftar material yang rentan terhadap deposisi asam, yaitu: kapur, marmer, karbon-baja, seng, nikel, cat dan beberapa jenis plastik.

Nilai pH air hujan pada saat terjadi deposisi asam dapat lebih kecil daripada pH air hujan normal (5,6), yakni mencapai nilai 2 atau 3. Gas SOx dapat berupa sulfur dioksida (SO2), sulfit (SO32-), dan sulfat (SO42-) sedangkan NOx dapat berupa nitrat (NO3) dan nitrogen dioksida (N2O). Gas-gas tersebut terdapat di atmosfer sebagai hasil emisi dari kegiatan industri dan kendaraan bermotor. SOx terutama dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak. Selain mengeluarkan gas NOx, kendaraan bermotor juga melepaskan emisi gas hidrokarbon, CO dan partikel imbale. Diperkirakan, sekitar 50% dari keberadaan gas NOx dan 90% gas SOx akan menghasilkan gas H2S, HSO3-, dan H2SO4 yang bersifat asam kuat, sedangkan oksidasi gas NOx akan menghasilkan asam nitrat (HNO3) sehingga menurunkan pH air hujan (Effendi, 2003 dalam http://repository.usu.ac.id)

Pengaruh deposisi asam pada material dapat menyebabkan korosi. Deposisi kering dan basah banyak berkontribusi dalam proses korosi suatu material. Deposisi kering adalah proses mengendapnya asam di atmosfer tanpa melalui air hujan dan biasanya terjadi di daerah perkotaan. Sedangkan deposisi basah terjadi melaui air hujan dan biasanya terjadi di daerah yang jauh dari sumber polutan.

Reaksi Kimia pada Peristiwa Korosi

Sumber: [3]
Kalsium karbonat pada jenis batuan tertentu larut dalam asam sulfat encer dan membentuk kalsium sulfat:
CaCO3 + H2SO4 + H2O à CaSO4.2H2O + CO2
Reaksi diatas menimbulkan dua efek. Pertama, menyebabkan permukaan batuan hancur; kedua, kalsium sulfat (kristal gipsum) terbentuk pada batuan. Saat kristal gipsum tersebut terbentuk maka dapat berproses menjadi batuan dalam jangka waktu 50 tahun. Fenomena ini dikenal sebagai ‘Memory Effect’.

Sulfur dioksida merupakan polutan utama penyebab korosi namun pencemar lain seperti NOx, CO2, ozon, dan garam laut juga berperan dalam terjadinya korosi. Penelitian menunjukkan bahwa keberadaan NO2 dan SO2 menyebabkan laju korosi menjadi cepat. Hal ini terjadi akibat NO2 mengoksidasi SO2 menjadi SO3 sehingga meningkatkan daya absorpsi SO2.

Interaksi antara material dan polutan sangat kompleks dan banyak variabel terlibat. Deposisi polutan ke permukaan bumi tergantung pada konsentrasi polutan di atmosfer, kondisi iklim dan mikro iklim di permukaan bumi. Saat polutan berada di permukaan, interaksi antar material dan polutan tergantung pada besarnya paparan, reaktivitas material, dan kelembaban. Faktor kelembaban sangat penting karena SO2 yang terdeposisi akan teroksidasi menjadi asam sulfat akibat kelembaban di permukaan. Berikut tabel yang berisi efek polusi udara terhadap beberapa jenis material:
Jenis Material
Polutan
Efek
Logam
Hujan asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
Korosi, perubahan warna, dll.
Batuan
Hujan asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
Perubahan warna, pelapukan, dll.
Kayu
Hujan asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
Perubahan warna, pelapukan, dll.
Cat tembok
Hujan asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
Pengelupasan, perubahan warna, dll.
Cat minyak
Ammonia
Kerusakan pada minyak dan kekeruhan pada pernis
Kaca
Hujan asam, kabut asam, SOx, NOx, Cl-, dll.
Kekeruhan
Sumber: [4]


Daftar Pustaka
“Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan” http://www.depkes.go.id/downloads/Udara diunduh pada 20 Februari 2014 pukul 15.00 WIB.
“Impacts of Acid Rain on Buildings” http://www.air-quality.org.uk/12.php  diunduh pada 22 Februari 2014 pukul 20.00 WIB.
“Tinjauan Pustaka” http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39643/4/Chapter%20II.pdf diunduh pada 22 Februari 2014 pukul 19.50 WIB.
[1] “Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan” http://www.depkes.go.id/downloads/Udara diunduh pada 20 Februari 2014 pukul 15.00 WIB.
[3] http://www.ysma.gr/static/images/5_1_AtmosfairikiRypansi.jpg diunduh pada 23 Februari 2014 pukul 20.50 WIB.
[4] “Effects of Air Pollution on Cultural Properties: The Measuring of Air Pollution and the Protection of Cultural Properties in the Historic City of Nara, Japan” http://www.nara.accu.or.jp/elearning/2004/pollution.pdf diunduh pada 23 Februari 2014 pukul 20.53 WIB.




0 komentar:

Posting Komentar